Tahun 2020 mungkin jadi tahun yang mengkhawatirkan karena adanya pandemic covid-19. Seluruh warga dunia disarankan stay at home karena penyebaran virus yang sangat cepat. Di Indonesia sendiri terdeteksi menyebar sekitar bulan maret 2020. Di bulan februari, beberapa minggu sebelum berita dan penanganannya serius, gue sempat traveling ke Jogja bareng temen gue, Annisa.
Gue punya misi cuma akan stay di Jogja selama 25 Jam. Gak ada makna khusus, sekedar bertepatan dengan ulang tahun gue angkanya di tahun ini. 25 Jam terhitung dari gue sampai di Jogja dan berakhir saat gue pergi dari tanah Jogja. Karena gue naik kereta, gak ada jadwal PP kereta JKT-JOGJA yang pas 25 jam. Akhirnya punya solusi pulangnya gak ke jakarta tapi ke solo naik kereta prameks dan membuat misi gue tercapai. Sekitar jam 7.30 wib di stasiun tugu, sewa motor Rp. 90,000,- untuk mobilitas selama di Jogja. Tujuan pertama bukan penginapan tapi langsung ke kawasan kaliurang, Sleman. Tanpa mandi, kita langsung tour merapi naik jeep. Ntaps
Ada banyak paket tour yang ditawarkan. Kalau gue, ambil short trip yang durasinya sekitar 2,5 jam dengan harga Rp. 350,000,- /Jeep. Tidak semua paket tour ada route ke kalikuning. Jadi saran gue, pilihlah trip yang punya route ke kalikuning atau trek basah. Dijamin seru.
Selesai lava tour merapi, kita ke penginapan di daerah Mergangsan, Kota Jogja. Jarak perjalanan dan trip yang cukup panjang, bikin kita kelaparan. Gak sanggup keluar cari makan, akhirnya sebagai anak kekinian, kita gofood. Yang bikin seneng, ternyata di Jogja udah banyak pilihan kopi susu. Ya jelas gue cobain salah satunya. Harga relatif gak beda jauh dengan jabodetabek, kisaran dibawah Rp. 20,000,-
Selesai recharge tenaga, lanjut ke Heha Sky View di daerah Patuk, Gunung kidul. Tempatnya gak jauh dari bukit bintang. Dengan bayar Rp. 15,000,-/orang, kita bisa masuk dan explore Heha Sky View ini.
Sayangnya pulang dari Heha sky view, tengah jalan hujan turun. Padahal rencananya kita mau ke alun-alun dan makan di angkringan malioboro. Akhirnya langsung pulang ke penginapan. Seingat gue, malam di kota Jogja abis hujan, kerasa lebih dingin. Tapi rasanya tetep excited bisa keliling sebentar. Mungkin karena bukan kota yang biasa gue tinggali. Suasananya jadi jarang dirasakan. Berhubung belum makan malam, akhirnya cari makan seketemunya aja. Bye-bye angkringan malioboro.
Mission must go on. Besok paginya, memang gak ada planning kemana-mana. Gue dan Annisa bagi tugas. Sampai di stasiun tugu, gue beli tiket ke solo dan Annisa balikin motor yang kita sewa. Gak lama kemudian, kereta tujuan Solo pun sampai. Dan kita pun angkat kaki dari Jogjakarta.
Hello Solo !!!
Gak seperti di Jogja, kita gak punya rencana apa-apa. First time and have no idea di Solo. Memang karina demen bener susah dibikin sendiri. Gue sewa motor juga disana supaya gampang kemanapun. Apalagi tanpa tujuan gini. Perlu banget sewa kendaraan. Roti maryam yang gue beli di stasiun, gak cukup jadi sarapan. Coba ngobrol sama mas-mas yang antar motor sewaan gue, akhirnya dapet rekomendasi tempat makan asoy.
Selat Vien's nama tempatnya. Katanya cukup terkenal. Sampai disana, kelihatan seperti warung makan biasa tapi cukup luas dan rame. Langsung gass lah. Menu andalannya, selat. Dan gue gak ngerti sama sekali. Gue juga bukan tipe yang berani makan makanan yang aneh-aneh. Cari aman, gue berencana order nasi timlo. Tapi akhirnya gue pindah haluan order selat, setelah tanya detailnya di kasir.
Selat daging cacah yang gue order harganya Rp. 13,000,- dan Annisa order Sup matahari seharga Rp. 10,000,- Solo jadi salah satu kota yang bikin nyaman kantong dan dompet. Makan mulu kalau tahu gini sih. Modal googling, abis makan kita ke vihara Dhamma Sundara.
Tadinya mau ke Keraton Solo. Tapi sayang, Keraton tutup di hari jum'at. Gak lama dari Vihara, cari-cari cafe. Randomly, berhenti di Sunny's Gelato Factory Solo. Seperti tempat es krim kebanyakan, tempatnya lucu, gak terlalu luas tapi instagramable.
Mission must go on. Besok paginya, memang gak ada planning kemana-mana. Gue dan Annisa bagi tugas. Sampai di stasiun tugu, gue beli tiket ke solo dan Annisa balikin motor yang kita sewa. Gak lama kemudian, kereta tujuan Solo pun sampai. Dan kita pun angkat kaki dari Jogjakarta.
Hello Solo !!!
Gak seperti di Jogja, kita gak punya rencana apa-apa. First time and have no idea di Solo. Memang karina demen bener susah dibikin sendiri. Gue sewa motor juga disana supaya gampang kemanapun. Apalagi tanpa tujuan gini. Perlu banget sewa kendaraan. Roti maryam yang gue beli di stasiun, gak cukup jadi sarapan. Coba ngobrol sama mas-mas yang antar motor sewaan gue, akhirnya dapet rekomendasi tempat makan asoy.
Selat Vien's nama tempatnya. Katanya cukup terkenal. Sampai disana, kelihatan seperti warung makan biasa tapi cukup luas dan rame. Langsung gass lah. Menu andalannya, selat. Dan gue gak ngerti sama sekali. Gue juga bukan tipe yang berani makan makanan yang aneh-aneh. Cari aman, gue berencana order nasi timlo. Tapi akhirnya gue pindah haluan order selat, setelah tanya detailnya di kasir.
Selat daging cacah yang gue order harganya Rp. 13,000,- dan Annisa order Sup matahari seharga Rp. 10,000,- Solo jadi salah satu kota yang bikin nyaman kantong dan dompet. Makan mulu kalau tahu gini sih. Modal googling, abis makan kita ke vihara Dhamma Sundara.
Tadinya mau ke Keraton Solo. Tapi sayang, Keraton tutup di hari jum'at. Gak lama dari Vihara, cari-cari cafe. Randomly, berhenti di Sunny's Gelato Factory Solo. Seperti tempat es krim kebanyakan, tempatnya lucu, gak terlalu luas tapi instagramable.
Kebetulan gue punya temen di Solo, namanya mas Dwi. Dan akhirnya sempet ditemani hunting foto. Kali ini, huntingnya street photography.
Asli seru di solo, sayangnya gue gak punya banyak waktu disini. Bis pulang gue sekitar jam 18.00 wib. Jadi, gue udah ke terminal jam 17.00 wib.
Anyway kepikiran banget road trip. Sekali jalan, mampir beberapa kota. Wah, kebayang serunya.
Semoga bumi cepat membaik.
Dan kita bisa ke luar rumah.
Explore bumi yang indah lagi.
Salam Kece
Selain gue cinta banget film-film marvel, gue juga menyadari film-film dengan musik yang dominan bisa membuat gue pergi ke bioskop. Entah itu film musikal, story filmnya tentang musik, atau tentang perjalanan seorang musisi. Hampir selalu membuat gue penasaran dan sangat ingin nonton.
Mungkin masih banyak film-film yang lebih ok, yang mungkin gue gak tahu. Dan pasti akan banyak film-film keren kedepannya. Gue hanya ingin mengingatkan diri gue di masa depan bahwa sampai tahun 2019, gue sangat menikmati film :
La La Land
The Greatest Showman
Pitch Perfect
The Last Five Years
A Star Is Born
Dan masih banyak lagi. But overall, film-film inilah yang soundtracknya gue dengarkan sampai beberapa hari setelah nonton. Dan bisa jadi referensi juga mungkin untuk yang membaca blog ini.
By the way, terima kasih sudah mau membaca blog ini.
Let me know your favorite.
By the way, terima kasih sudah mau membaca blog ini.
Let me know your favorite.
Salam Kece.

Malang, salah satu kota yang paling banyak dikunjungi. Gak heran memang, banyak yang bisa di explore disana. Dari makan sampai keindahan alamnya. Gue pribadi, berkesempatan ke Malang bareng teman-teman kuliah gue. Dan bromo jadi tempat wajib buat gue. Selain memang karena keindahannya yang terkenal kemana-mana, gue memang sangat suka dataran tinggi. Mungkin gue udah jadi pendaki gunung kalau gak terbentur izin orang tua. Anyway, gue ke Malang naik kereta. Tentu aja karena ekonomis. Jakarta-Malang sekitar 17 jam. Serunya trip bareng teman, perjalanan berjam-jam gak kerasa terlalu lama. Selain gak berasa karena tidur, sepanjang perjalanan kita juga bisa lebih saling kenal. Lebih tahu karakter teman kita yang sebenarnya dan bercanda yang pasti. Tapi tolong diingat, sebisa mungkin bercanda dan ketawanya dikontrol demi kenyamanan bersama.
Sampai Malang, kita langsung di sambut Teuku Wisnu dengan malang strudelnya. Walaupun hits, sayang sekali overbudget buat sobat misqin kayak gue. So, bye-bye strudel. Langsung cabut ke homestay yang udah kita booking sebelumnya. Sayangnya gue lupa alamat homestaynya, yang pasti posisinya dekat dengan alun-alun kota wisata batu.
Besoknya, lanjut ke pantai 3 warna. Ini seru. Gue baru pertama kali ke pantai yang dijaga banget kayak gini. Sebelum kesana ada pendataan identitas pengunjung, barang apa aja yang dibawa, sampai sampah. Kita gak boleh buang sampah disana. Jadi, kalau sampai kita buang sampah atau ada barang yang ketinggalan pasti akan ketahuan pemiliknya. Dan ternyata kita harus naik perahu dulu sekitar 5 menit untuk sampai ke pantainya. Setiap orang/rombongan yang mau kesana akan dapat guide setelah pendataan. letaknya juga di pulau kecil, pantainya pun gak terlalu luas. Jadi, gue cukup merasa private. Dan pantai 3 warna ini punya batas waktu kunjungan gitu. Jam 5 sore adalah batas maksimum kita main-main di pantai. Gak ada yang boleh ke pantai atau masih di pantai lewat jam 5 sore.
FINALLY
BROMO
Naik Jeep sekitar jam 3 atau 4. I'm not sure. Udara semakin dingin seiring perjalanan. Berdasarkan informasi travel agent kita, ada beberapa spot untuk bisa menikmati sunrise. Dan ini berarti gak cukup sekali ke bromo untuk bisa coba semua spot sunrise. Untuk bisa sampai di spot sunrise, setelah naik jeep, kita masih harus jalan menanjak. Sangat disarankan pakai jaket yang tebal. Karena subuh-subuh di bromo, dinginnya mantap. Gue mendadak flu.
Sunrise selesai, lanjut turun gunung. Sayang, padang savananya abis terbakar saat gue ke Bromo. Tapi, Pasir berbisik dan spot lainnya gak kalah seru. Semua sudut bromo, Instagramable.
Bromo seperti membawa gue pada semangat baru. Yap. Hal yang selalu gue suka dari traveling. Semangat untuk kembali jalani rutinitas. Membangun hidup lebih baik lagi. Good place + Good friends always good vibes.
Bromo.
Mengingatkan pada kata syukur.
Mensyukuri atas indahnya alam yang masih bisa kita nikmati.
Dan mengingatkan pada kata tanggungjawab.
Tanggungjawab kita untuk selalu menjaga alam tetap indah.
And I'll be back. Amin.
Salam kece.