Punya orangtua yang merantau, memang kadang mengharuskan kita untuk mudik. Pulang ke tanah kelahiran orangtua. Gue salah satunya. Ibu adalah gadis sumatera yang nekat merantau ke pulau jawa dulunya. Sampai akhirnya berjodoh dengan bokap yang berstatus anak kampung sini. Sejak kakek dan nenek dari ibu meninggal, intensitas mudik berkurang. Yang tadinya setiap tahun harus mudik, sekarang cukup dua tahun sekali.
Lebaran tahun 2017 ini, jatahnya mudik setelah tahun sebelumnya gak mudik. Tapi ada yang berbeda kali. Biasanya kita mudik ke Lampung karena dulu nenek sempat pindah ke Lampung. Kali ini, kita mudik ke Palembang. Ke tanah asli ibu dilahirkan dan menghabiskan masa kecil.
Perjalanan yang cukup melelahkan karena jarak tempuh yang lebih jauh. Dari Bandar Lampung aja, masih 14 jam kurang lebih buat bisa sampai di Muara Enim, Palembang. Fix pantat tepos. Btw, 14 jam ini untuk waktu tempuh pakai mobil atau kendaraan darat lainnya. Lain cerita kalau pakai pesawat, mungkin lebih cepet.
Sampai di Tujuan, salam-salaman sama keluarga.
Idupin hape
Liat sinyal ilang
Lemes
Karungin hape
BHAYYY
BHAYYY
Berlebaran di kampung halaman, jadi ajang liburan juga buat gue. Mumpung disponsori bokap. Dan mumpung lagi gak ada sinyal juga. Ini waktunya bener-bener "Me Time" sama keluarga. Yah walaupun harus gue akui, sebagai generasi millenials cukup boring ya kalau gak ada internet.
Serunya keluar dari wilayah jabodetabek itu kerasa banget budaya Indonesianya. Kayak disini. hampir semua rumah masih berbentuk rumah panggung khas Palembang. Ya, walaupun gak sedikit juga yang udah memodifikasi bawah dari rumahnya menjadi ruangan lagi. Tapi secara keseluruhan bentuk rumah panggungnya gak hilang. Kita masih bisa lihat kalo awal dari hampir semua rumah disini adalah rumah panggung.
Karena gue dan keluarga cuma punya waktu tiga hari untuk stay, Jadilah hanya Air Terjun Lematang Indah yang sempat didatangi. Air Terjun Lematang ini ada di daerah Pagar Alam. Dan butuh waktu 2 jam kurang lebih dari Muara Enim.
Gue disuguhkan pemandangan yang kece abis setelah melewati pemukiman kota Lahat. Naik turun bukit, langit biru yang cerah, barisan pohon duren. Hahaha. Katanya disini memang banyak pohon duren, kalo mau beli diambilin langsung dari pohonnya. Tapi, kalo lagi panen. Serunya lagi, gue naik mobil bak terbuka. Gokil. View-nya keliatan semua. Agak panas sih tapi karena dataran tinggi jadi sejuk-sejuk aja udaranya. Serius deh, jalan menuju daerah Pagar Alam itu enak banget.
Posisi air terjunnya gak begitu jauh dari jalan raya. Jadi, gak perlu takut capek jalan kaki. Untuk masuk ke area air terjun, cukup bayar Rp. 3,000/orang dan bayar Rp. 10,000/orang untuk menyebrang ke sisi lainnya dari aliran air terjun supaya bisa duduk-duduk cantik karena lahannya lebih luas gitu (kalo gak ada perubahan tarif ya).
Air terjunnya gak terlalu tinggi. Debit airnya pun gak begitu tinggi. Jadi masih aman buat anak-anak kecil main. Tapi tetep harus diawasi ya, pak, bu. Demi keselamatan bersama. Disini juga ada mini arung jeram gitu dari ban dalam mobil. Sederhana tapi tetep seru.
Mudik memang melelahkan. Tapi selalu terbayarkan dengan rindu yang berujung senyum pertemuan. Dan bisa jadi ajang refreshing juga. Refreshing ditemani keluarga. Refreshing yang lebih bermakna.
Salam Kece.